
Setiap konflik di suatu negara membawa dampak besar, bukan hanya bagi mereka yang berperang, tetapi juga lebih dari 122 juta orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi keselamatan.
Ramadan ini, kami mengajak #LihatLebihDekat kondisi para pengungsi dan lebih memahami penyebab dan dampak pengungsian global, terutama dari perspektif pengungsi sebagai korban dari perang, konflik, kekerasan, dan penganiayaan.
Salah satu konflik terdekat yang terus memaksa ribuan orang meninggalkan tanah kelahirannya adalah di Myanmar. Minoritas muslim Rohingya telah menjadi korban diskriminasi, kekerasan, dan persekusi selama puluhan tahun. Mereka kehilangan hak kewarganegaraan, akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan bahkan keselamatan diri mereka.
Sadeqa, seorang perempuan Rohingya, kehilangan suaminya akibat serangan bom di Myanmar. Ketakutan dan keputusasaan memaksanya melarikan diri demi menyelamatkan diri dan anak semata wayangnya.

Namun, perjalanan itu penuh dengan bahaya—kelaparan, kehausan, dan kehilangan menjadi bagian dari hidupnya sebagai seorang pengungsi.
Kisah Sadeqa hanyalah satu dari jutaan kisah pengungsi di berbagai belahan dunia yang menanti perhatian dan kepedulian kita.
- Di Yaman, 4.5 juta orang terpaksa mengungsi. Sebagian besar dari mereka telah mengungsi berkali-kali dalam setahun.
- Di Lebanon,1 juta orang bergantung pada bantuan kemanusiaan akibat konflik yang terus memanas.
- Di Ethiopia, 9 juta orang membutuhkan bantuan akibat krisis pangan ekstrem.
- Di Somalia, perang saudara & ketidakstabilan politik berkepanjangan memaksa ratusan ribu jiwa meninggalkan tempat tinggal mereka
- Di Suriah, 1 juta pengungsi telah kembali, tetapi ancaman keamanan dan krisis ekonomi masih membayangi mereka.
Mereka bukan hanya sekedar angka, tetapi juga manusia yang berhak miliki harapan atas kehidupan yang lebih baik.
Meski penuh penderitaan, para pengungsi hanya ingin dimanusiakan - diperlakukan dengan martabat, diberikan kesempatan, dan diterima sebagaimana manusia yang berdaya.
Dengan #LihatLebihDekat, kita bisa memahami bahwa seorang 'pengungsi', juga merupakan manusia yang telah melalui banyak hal buruk yang mungkin tak pernah kita bayangkan. Namun, mereka pun memiliki impian dan daya juang yang luar biasa untuk hidup.

Mereka pun ingin menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan untuk bertahan hidup sembari membangun kembali harapan yang sempat hilang.
Bagi para pengungsi, bisa menjejakkan kaki di tempat yang aman adalah anugerah luar biasa. “Kami berdoa dan berterima kasih kepada mereka yang menyelamatkan kami dari lautan yang berbahaya,” kata Arafah, seorang pengungsi Rohingya yang kehilangan ibunya dalam perjalanan mencari perlindungan.
UNHCR, Badan PBB Urusan Pengungsi, mengajak semua orang untuk membuka mata dan hati. Melihat lebih dekat bukan hanya tentang memahami penderitaan, tetapi juga merasakan ketabahan dan harapan mereka.
Saat kita mendengar cerita mereka, kita diingatkan bahwa setiap manusia berhak untuk hidup dengan layak—bukan hanya sekadar bertahan, tetapi juga memiliki harapan dan masa depan. Dan kita bisa menjadi bagian dari harapan itu.
💙 Bantu mereka mendapatkan tempat berlindung yang layak.
💙 Berikan makanan dan air bersih untuk keberlangsungan hidup mereka.
💙 Dukung pendidikan anak-anak pengungsi agar mereka tetap punya masa depan.
Mari berani #LiihatLebihDekat. Karena dengan memahami, kita bisa lebih peduli.
