Pengungsi di Somalia Terjebak dalam Krisis Pangan dan Kelaparan yang Semakin Parah. Anak-anak Terancam Mengalami Gizi Buruk
“Saya biasanya memasak tiga kali sehari untuk anak-anak saya. Tapi ketika keadaan sulit, saya terpaksa tidak makan. Saya hanya menyiapkan teh di pagi hari untuk sarapan, lalu membagi makan siang untuk makan malam juga….
“Anak-anak terus bertanya, “Ibu, apakah Ibu tidak memasak untuk kami?” Saya stres dan sangat khawatir saat harus memberi tahu mereka bahwa makanan yang tersedia tidak cukup. Jika situasinya makin buruk, saya takut mereka akan mengalami kekurangan gizi.” - Nuriya, pengungsi di Somalia.
Dengan mata berkaca-kaca, Nuriya menceritakan perjuangannya mendapatkan makanan yang cukup, demi menjaga anak-anaknya tetap hidup. Ia melarikan diri dari Somalia karena ancaman keamanan dan kekeringan yang berkepanjangan.
Konflik, kekeringan dan perubahan iklim telah memperburuk krisis pangan di Somalia, hingga banyak keluarga terpaksa mengungsi.
Saat mengungsi, mereka seringkali melewati perjalanan yang berbahaya. Mereka juga terpaksa harus meninggalkan harta benda dan komunitas mereka.
Dalam beberapa kasus, ketika pengungsi mencapai tempat yang aman, mereka tidak memiliki akses terhadap tempat berlindung, mata pencaharian, dan perlindungan sosial.
Bahkan krisis pangan seperti ini, pengungsi dan keluarga terlantarlah yang paling berisiko. Pengungsi di Somalia berjuang untuk menyediakan makanan di atas meja untuk anak-anak dan keluarga. Mereka termasuk yang paling parah terkena dampak kelaparan.
#KawanBaik, kamu dapat mendukung program bantuan krisis pangan untuk Somalia. Setiap donasimu dapat membantu keluarga dan pengungsi Somalia dapat segera membeli makanan dan kebutuhan pokok yang mereka perlukan untuk bertahan hidup.