Sekitar 123,2 juta orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia, dan 49 juta di antaranya adalah anak-anak.
Sebagian dari mereka lahir dan tumbuh di pengungsian, tanpa rumah, tanpa akses pendidikan, dan tanpa jaminan kesehatan yang layak. Mereka bukan hanya kehilangan masa kecilnya, tapi juga hak paling dasar: untuk hidup sehat, belajar, dan bermimpi.
Di Indonesia, sekitar 3.500 (30%) pengungsi dan pencari suaka adalah anak-anak (data September 2025). Sebagian datang bersama keluarga, tapi ada pula yang datang tanpa pendamping atau terpisah dari orang tua.
Namun di tengah tantangan ini, mereka masih punya mimpi besar.
“Assalamu’alaikum, Saya Mubarok. Saya ingin menjadi dokter nanti saat sudah besar.”
“Saya Thania. Saya ingin menjadi Hafizh Qur’an.”
“Nama saya Yasmin. Saya ingin menjadi pilot.”
Suara pengungsi anak adalah bukti bahwa meski kehilangan rumah, sekolah, bahkan keluarga, mereka tidak kehilangan harapan. Sebagian dari mereka, terutama anak-anak pengungsi Rohingya, tak memiliki kewarganegaraan, membuat mereka semakin rentan dan sulit mengakses hak-hak dasar.
Krisis Kesehatan Pengungsi Anak: Antara Kelaparan, Gizi Buruk, dan Keterbatasan Layanan Dasar
Di tengah krisis yang terus meningkat, jutaan pengungsi di seluruh dunia menghadapi ancaman yang tidak kalah mematikan dari perang: krisis kesehatan dan kelaparan.
Di pengungsian, anak-anak adalah kelompok yang paling rentan. Banyak dari mereka tumbuh dengan tubuh lemah karena kekurangan gizi, tidak mendapatkan imunisasi, dan kehilangan akses terhadap layanan kesehatan dasar yang bisa menyelamatkan hidup mereka.
Pemotongan dana bantuan kemanusiaan membuat situasi semakin buruk. Klinik di pengungsian kekurangan obat, tenaga medis, dan peralatan kesehatan. Banyak kematian yang sebenarnya bisa dicegah hanya dengan intervensi sederhana berbiaya rendah seperti vaksinasi, perawatan gizi, dan air bersih, tetapi lagi-lagi, dana tidak mencukupi.

Apa yang dilakukan UNHCR?
UNHCR menjadikan kesehatan anak dan ibu sebagai prioritas global, terutama di negara-negara dengan tingkat gizi buruk tertinggi seperti Chad, Sudan, dan Bangladesh.
- 2,55 juta pengungsi di 30 negara mendapatkan skrining malnutrisi.
- Lebih dari 261.000 anak dan 30.000 ibu hamil dan menyusui menerima pengobatan untuk gizi buruk akut.
- Program edukasi gizi dan pemberian makanan sehat menjangkau lebih dari 297.000 ibu dan pengasuh anak di 30 negara.
- Di Afrika Barat dan Tengah, 112.000 anak pengungsi mendapat perawatan medis darurat untuk gizi buruk, termasuk 55.600 anak dengan kondisi parah.
Perlindungan Anak: Aman dari Kekerasan dan Eksploitasi
UNHCR memperkuat sistem perlindungan anak di seluruh dunia untuk memastikan anak-anak yang terpaksa mengungsi tetap mendapatkan perlindungan dan ruang aman. Pada 2024, lebih dari 1,5 juta anak dan pengasuh menerima layanan perlindungan anak dari UNHCR di 78 negara.
Namun, kekurangan pendanaan berdampak nyata. Banyak negara terpaksa mengurangi program perlindungan berbasis komunitas dan prosedur best interest determination — sebuah proses penting untuk memastikan setiap keputusan terkait anak dibuat demi kebaikan mereka.
Anak-anak tanpa pendamping dan yatim piatu merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perdagangan manusia dan kekerasan berbasis gender. UNHCR bersama mitra lokal membangun safe space dan sistem rujukan agar setiap anak memiliki tempat untuk merasa aman dan didengar.
Pendidikan: Jembatan Menuju Masa Depan
Pendidikan bukan hanya hak, tapi juga perlindungan. Di pengungsian dan komunitas, sekolah menjadi tempat anak-anak memulihkan trauma dan merasa diterima.
📘 Data Global 2024:
- 71% anak pengungsi usia sekolah dasar berhasil mengakses pendidikan formal di 98 negara.
- Hanya 46% remaja pengungsi yang dapat melanjutkan ke jenjang menengah. Artinya, lebih dari setengah anak pengungsi di dunia kehilangan kesempatan untuk belajar setelah sekolah dasar.
- UNHCR mendukung lebih dari 2,1 juta pengungsi anak melalui program pendidikan di 76 negara.
Pendidikan melindungi anak-anak dari risiko kerja paksa, pernikahan dini, dan perekrutan bersenjata. Tapi banyak sekolah di kamp pengungsian masih kekurangan guru, buku, dan ruang kelas.
Seperti anak-anak lainnya, setiap pengungsi anak juga berhak untuk hidup sehat, belajar dengan aman, dan merasa terlindungi. Dengan donasi Anda, UNHCR dapat menyediakan makanan bergizi, air bersih, layanan kesehatan, ruang aman, serta akses pendidikan bagi anak-anak yang terpaksa tumbuh di tengah konflik dan pengungsian.
