
Setiap konflik di suatu negara membawa dampak besar, bukan hanya bagi mereka yang berperang, tetapi juga lebih dari 122 juta orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi keselamatan.
Konflik berkepanjangan di Myanmar terus memaksa ribuan warga etnis Rohingya meninggalkan tanah air mereka. Sebagai minoritas Muslim, mereka telah mengalami diskriminasi, kekerasan, dan kehilangan hak-hak dasar seperti kewarganegaraan, akses pendidikan, kesehatan, hingga keselamatan jiwa mereka. Demi mencari perlindungan, mereka menempuh perjalanan laut yang berbahaya, menghadapi ancaman penyelundupan, kelaparan, dan bahkan kehilangan nyawa di tengah lautan.
Sebagian besar dari mereka telah melakukan perjalanan laut dari Myanmar dan Bangladesh untuk mencari perlindungan dan berikhtiar untuk menemukan keluarganya yang telah berpisah sejak awal perjalanan.
Para pengungsi yang terdampar ini melaporkan bahwa mereka mengalami berbagai tantangan perlindungan dan keamanan di laut. Banyak dari mereka yang mengalami kekerasan berbasis gender, kekerasan fisik, malnutrisi, eksploitasi dan pemerasan.
Salah satu kisah yang menggambarkan penderitaan ini adalah pengalaman Sadeqa Bibi, seorang perempuan 19 tahun dari Myanmar yang kehilangan suaminya akibat kekerasan di Rakhine State. Terpaksa mengungsi bersama anaknya, ia melarikan diri ke Maungdaw. Namun di sana suaminya terbunuh oleh ledakan bom. Dalam ketidakpastian dan kelaparan, ia memutuskan untuk meninggalkan Myanmar demi keselamatan, menempuh perjalanan laut yang berbahaya menuju Bangladesh.
Setelah bertahan di kamp pengungsian Cox’s Bazar tanpa kepastian masa depan, Sadeqa melanjutkan perjalanan ke Indonesia. Di Aceh, ia disambut dengan kebaikan, merasakan keamanan untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Namun, ia berharap lebih dari sekadar bertahan, ia menginginkan kehidupan yang damai, tanpa kekerasan dan kelaparan. Kisahnya adalah seruan bagi dunia untuk peduli kepada para pengungsi yang kehilangan segalanya akibat konflik.
Kisah Sadeqa hanyalah satu dari jutaan kisah pengungsi di berbagai belahan dunia yang menanti perhatian dan kepedulian kita.
“Kami hanya ingin tempat di mana kami bisa hidup damai. Tidak ada lagi bom, tidak ada lagi rasa lapar. Kami ingin masa depan yang lebih baik untuk keluarga kami,” katanya penuh harap.
Dengan #LihatLebihDekat, kita bisa memahami bahwa seorang 'pengungsi', juga merupakan manusia yang telah melalui banyak hal buruk yang mungkin tak pernah kita bayangkan. Namun, mereka pun memiliki impian dan daya juang yang luar biasa untuk hidup.
UNHCR beserta NU Care-LAZISNU telah sejak lama membersamai masyarakat dalam misi kemanusiaan baik di dalam maupun di luar negeri. Komitmen ini terus berlanjut dengan kepedulian terhadap para pengungsi Rohingya yang membutuhkan uluran tangan kita semua.
Pada Desember 2024, NU Care-LAZISNU bekerja sama dengan UNHCR Indonesia menyalurkan bantuan langsung kepada 170 pengungsi Rohingya di Kamp Mina Raya, Kabupaten Pidie, Aceh. Bantuan tersebut berupa kebutuhan dasar seperti bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pengungsi selama satu bulan.
Di bulan Ramadan ini, NU Care-LAZISNU bersama UNHCR kembali mengajak #SahabatPeduli dan #KawanBaik untuk kembali membantu meringankan beban mereka dengan berbagi:
- Paket Buka dan Sahur
- Paket Perlengkapan Sholat
Bersama NU Care-LAZISNU dan UNHCR menyalurkan bantuan berupa Paket Buka & Sahur serta Paket Perlengkapan Sholat bagi saudara-saudara kita yang sedang berjuang di pengungsian.
Mari berani #LihatLebihDekat. Karena dengan memahami, kita bisa lebih peduli.
